Selasa, 18 September 2012

KESADARAN DIRI MENURUT TRADISI INDONESIA

Di Indonesia dikenal beberapa tingkatan kesadaran manusia. Diurutkan dari bawah yakni;
  • Jasad,
  • Akal-budi,
  • Nafsu,
  • Roh,
  • Rasa (indera ke-enam),
  • Cahya, dan
  • Atma.
Dilihat dari tingkat kesadaran ini manusia dibedakan ke dalam dua kelompok: yakni orang awam dan orang pilihan.

Orang Awam (kesadaran lahiriah)
Untuk menunjuk tingkat kesadaran seseorang yang mencapai taraf kesadaran jasad, akal-budi dan nafsu. Dalam tataran ini seseorang masih dapat memahami nilai sopan santun, kearifan dan kawicaksanan. Namun seseorang belum sampai pada menyaksikan langsung melainkan pengetahuannya hanya berdasarkan ajaran yang tertulis atau referensi dan dari mulut ke mulut serta yang tak tertulis namun masih dapat disaksikan melalui panca indera jasad, misalnya berbagai macam fenomena atau gejala alam. Kesadaran yang melibatkan unsur cipta, rasa, karsa. Namun ketiganya bukanlah pengalaman batin sendiri.

Orang Pilihan (kesadaran batiniah)
Untuk memilah seseorang yang telah mencapai kesadaran batin yang meliputi kesadaran jiwa atau kesadaran roh, kesadaran rasa sejati, kesadaran cahya dan kesadaran atma. Tataran kesadaran ini lazim disebut orang yang berbudi-pekerti luhur, lazim pula disebut orang yang memiliki tingkat spiritual tinggi. Semakin tinggi spiritualitas seseorang berarti tingkat kesadarannya semakin tinggi pula.  Disebut juga sebagai orang yang telah mencapai kesadaran spiritual yang tinggi.
Dalam agama Budda kurang lebih sepadan dengan orang yang menggapai hakikat Nirvana sedangkan dalam terminologi Latin sebagai Imago Dei, sementara istilah mistis Arab disebut sajjaratul makrifat yakni orang-orang yang wahdatul wujud. Kesadaran seseorang pada tataran ini dalam memahami hakekat setan, surga dan neraka tidak sama pada umumnya dengan orang biasa. Bagi orang pilihan ia akan berani mati di dalam hidup. Artinya nafsu keduniawian atau nafsu jasadiah dimatikan sedangkan yang hidup adalah rasa sejati.

Berkaitan dengan tingkat kesadaran ini maka kita bisa memilah manusia menjadi tiga Tipe Orang Pilihan yakni:

Tipe Kosmologis
Orang pilihan tipe kosmos mencapai high consciuousness dengan cara membebaskan diri dari belenggu alam empiris materiil. Tindakan pembebasan dari belenggu alam empiris materiil menuju pada eksistensi transenden. Dalam keadaan ini kesadaran seseorang meningkat  dari kesadaran diri materiil, menjadi kesatuan mutlak sebagai bentuk kesadaran rahsa sejati yakni pemahaman akan kebenaran sejati pada kehidupan ini. Batin kita akan menjadi batin patipurna; batin yang bebas dari polusi, halusinasi dan imajinasi jasad (akal-budi) semata.

Tipe Etis

Orang pilihan tipe etis telah mampu mengharmonisasikan antara batin dengan perbuatannya.

Tipe Teologis
Tipe ini banyak kemiripan dengan tipe kosmologis hanya saja terdapat perbedaan mendasar dengan adanya istilah-istilah yang berasal dari kitab suci atau ajaran nabi. Pada tipe kosmologis terbuka untuk diperdebatkan secara rasional sebagaimana tradisi adat istiadat. Sedangkan tipe teologis sangat tertutup bagai monumen sejarah. Sikap kritis sering dianggap menentang, melecehkan dan sesat. Terkesan tipe teologis hanya membutuhkan keyakinan saja. Dari rasa yakin lalu menjadi percaya. Penilaian terhadap kesadaran intuitif manusia, kadang diasumsikan sangat berbahaya mudah tergelincir oleh bisikan setan. Resikonya agama akan mengalami stagnansi bagai monumen sejarah yang untouchable makin lama kian lapuk dan ditinggalkan manusia ultramodern. Tradisi ilmiah beberapa filsuf, sejarawan, antropologi, sosiologi, arkeologi, memandang agama sebagai tipe kesadaran kosmologis manusia masa lampau, yang telah dilembagakan sebagai sistem religi masyarakat tertentu. Dan sistem religi ini dalam perspektif psikologi sosial merupakan bentuk kesadaran relative obyektif sesuai dengan sistem sosial budaya masyarakat  di mana suatu agama dahulu dilembagakan.

0 komentar:

Posting Komentar