Sejenak kita flash
back sejak ditemukan filsafat sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan
manusia untuk meningkatkan kesadaran atau mencari kebenaran. Lahir perpaduan
antara cabang filsafat empirisisme dengan rasionalisme yang menuntut eksperimen
sebagai upaya verifikasi kebenarannya. Sejak itu sains dan teknologi
berkembang, filsafat menemukan cabang-cabang keilmuannya secara luas. Orang
mulai mengenal metode meraih kesadaran akal-budinya melalui filsafat ontologi,
ephistemologi, dan aksiologi, tiga langkah metodis yang saling berkorelasi
sebagai pisau pengupas rahasia hukum alam yang belum terkuak.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan dan ruang
lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan?
Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia?
Epistemologi
mempunyai persoalan pokok secara garis besar terbagi dua. Pertama, persoalan
tentang apa yang kelihatan (phenomena/appearance). Apakah sumber pengetahuan? Dari mana sumber pengetahuan
yang benar itu datang? Bagaimana cara diketahuinya? Apakah sifat dasar
pengetahuan?. Kedua, versus hakikat (noumena/essence): Benarkah ada realita di
luar pikiran kita? Apakah kita mengetahuinya?
Penggabungan kedua
metode tersebut membuat suatu kemajuan pesat di bidang ilmu
pengetahuan pada zaman renaissance. Ilmu fisika, kimia, biologi,
matematika, ekonomi mengalami perkembangan sangat pesat. Hal itu menjadi
prestasi besar kesadaran manusia mampu membaca dan mengungkap rahasia-rahasia
kodrat alam yang masih tersimpan rapat-rapat sebelumnya. Sesuatu yang pada
abad-abad sebelumnya dianggap tidak masuk akal, bertentangan dengan hukum alam,
pada masa tersebut menjadi sangat rasional, masuk akal dan tak terbantahkan
sebagai wujud temuan baru akan hukum-alam.
Begitulah manusia
dalam dinamika kesadaran dan menemukan hakekat kehidupan di jagad raya ini.
Manusia selalu berusaha menjabarkan apa sesungguhnya alam semesta ini dan
bagaimana sesungguhnya ia terjadi. Planet bulan diketahui memiliki jarak yang
sangat jauh dengan bumi pada zaman dulu pergi ke bulan dianggap hal yang
mustahil atau melawan hukum alam. Anggapan pesimis tersebut merupakan bentuk
keterbatasan kesadaran akal budi dalam menterjemahkan rumus atau hukum alam.
Sekalipun hal yang bersifat kasat mata namun tugas
menterjemahkan hukum alam sangat rumit dan teramat sulit. Namun bila
diperhatikan begitu manusia mampu mengungkap rahasia ilmu atau rumus alam
semesata tiba-tiba kita terkesimah
kerana ternyata manusia mampu seolah melawan hukum alam. Hanya dengan bekal
kurang lebih 300 Milyar Rupiah anda sudah dapat menikmati piknik ke bulan.
Penemuan Bacon
meskipun efeknya sangat luar biasa namun menemukan keterbatasan pula ketika
berhubungan dengan nilai-nilai, kematian, jiwa, roh, kenyataan yang paradoks,
Tuhan, realitas yang transenden serta kenyataan yang tidak bisa
dieksperimentasi atau dibawa ke laboratorium. Maka Novum Organum tidak
mampu menjawabnya.
0 komentar:
Posting Komentar