Pada
tahun 2013, pendapatan perkapita Indonesia telah mencapai USD 3.500 yang
menempatkan Indonesia berada pada lapis bawah negara-negara berpenghasilan menengah.
Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
setara dengan negara maju (high income). Pada saat yangsama, batas antara
negara berpenghasilan rendah dan negara berpengasilan tinggi juga bergerak
karena perekonomian global juga tumbuh. Agar Indonesia mampu menjadi negara
berpendapatan tinggi, tentu memerlukan pertumbuhan yang lebih tinggi dari
pertumbuhan global.
Untuk
mencapai negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2030, perekonomian nasional
dituntut tumbuh rata-rata antara 6 – 8% pertahun. Inilah tantangan utama
pembangunan ekonomi. Agar berkelanjutan, pertumbuhan yang tinggi tersebut harus
bersifat inklusif, serta tetap menjaga kestabilan ekonomi.
Upaya
mencapai tujuan tersebut memerlukan penerapan strategi yang cermat dan tepat,
serta memerlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi ekonomi yang ada.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkelanjutan dan inklusif akan dicapai dengan
dukungan reformasi yang menyeluruh (comprehensive
reform).
Kinerja
perekonomian Indonesia yang digambarkan dengan produk domestik bruto (PDB)
masih di bawah yang seharusnya dapat dicapai apabila seluruh potensi yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu faktor penyebabnya
adalah rendahnya efisiensi dan produktivitas dalam kinerja perekonomian
Indonesia yang ditunjukkan oleh Total
Factor Productivity (TFP).
Masalah dan tantangan pokok yang akan dihadapi
pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:- Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi sangat terbatas dan harus dapat diting katkan. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur selama ini merupakan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang dalam peningkatan investasi serta menyebabkan mahalnya biaya logistik.
- Penguatan struktur ekonomi, berupa penguatan sektor primer, sekunder dan tersier secara terpadu, dengan sektor sekunder menjadi penggerak utama perubahan tersebut. Kemajuan sektor industri pengolahan masih berjalan lambat. Padahal agar perekonomian bergerak lebih maju sektor industri pengolahan harus menjadi motor penggerak.
- Beberapa peraturan perundang-undangan yang ada, pusat dan daerah, telah menjadi kendala untuk mendorong perekonomian ke arah yang lebih maju karena saling tumpang tindih dan terjadi kontradiksi antara yang satu dengan yang lain. Peraturan perundangan tersebut perlu direformasi.
- Penerapan dan penguasaan teknologi juga masih sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal dan kualitas barang serta produk inovatif yang dihasilkan sangat terbatas, sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
- Kemampuan untuk membiayai pembangunan terbatas. Hal ini terkait dengan upaya untuk menggali sumber-sumber penerimaan masih belum optimal. Disamping itu anggaran yang digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif seperti subsidi BBM masih sangat besar. Menggali sumber-sumber penerimaan dan mengefektifkan pengeluaran pembangunan menjadi tantangan yang harus dihadapi. Pencapaian tujuan dan prospek ekonomi juga dipengaruhi oleh perkembangan dan tantangan ekonomi global yang akan dihadapi pada periode tahun 2015-2019. Beberapa hal yang terkait dengan perkembangan ekonomi global yang perlu dicermati diantaranya adalah:
- Mulai diberlakukannya The ASEAN Community pada tahun 2015. Peningkatan integrasi ini di satu pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi perekonomian nasional, tetapi di lain pihak juga menuntut daya saing perekonomian nasional yang lebih tinggi;
- Pengaruh eksternal bagi perekonomian nasional antara lain berasal dari:
- Perekonomian Amerika Serikat, Kawasan Eropa, dan negara industri paling maju lainnya yang diperkirakan masih tetap menjadi penggerak perekonomian dunia dan pasar dari ekspor negara berkembang, termasuk Indonesia,
- Perekonomian Asia diperkirakan tetap menjadi kawasan dinamis dengan motor penggerak perekonomian Cina dan negara-negara industri di Asia lainnya, baik sebagai negara tujuan ekspor mau-pun sebagai kawasan yang menarik bagi penanaman modal jangka panjang maupun jangka pendek; dan
- Terdapat tiga perkembangan global yang perlu dicermati untuk masa lima tahun mendatang, yaitu:
- Krisis di kawasan Eropa beberapa tahun terakhir yang kondisinya masih belum pulih atau masih dalam posisi mild recovery dikhawatirkan belum mampu meningkatkan permintaan dunia, sehingga akan menyulitkan ekspor Indonesia tumbuh lebih cepat;
- Harga komoditas dunia masih menunjukan tren penurunan ataupun flat dan adanya indikasi berakhirnya era supercycle juga akan mempengaruhi ekspor dan investasi Indonesia;
- Proses normalisasi kebijakan moneter AS di tahun 2014 dan rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed di tahun-tahun berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar